Catatan TKI dan Virus Corona

Masih ingat dibenak saya beberapa tahun yang lalu ketika ada segelintir orang yang meneriakkan revolusi mental, tidak bisa dikatakan bahwa warga Indonesia bisa merevolusi mental dirimereka sendiri. Kenapa begitu? Karena masih banyak orang Indonesia yang tidak perduli terhadap sesamanya. Bagaimana kita bisa membuat perubahan sosial dan kebudayaan dengan cepat apalagi mneyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan bermasyarakat. Jika masih banyak orang diluar sana yang mencari keuntungan di atas penderitaan orang lain, bagaimana dapat terciptanya revolusi mental yang di berkeadilan sosial. Seperti hal kami TKI dan TKW yang bekerja di luar negeri sering di pandang hina oleh sekelompok masyarakat yan notabenenya masyarakat-masyarakat ini mengaku paling nasionalis.

Sebutan pahlawan devisa banyak yang disalah artikan menjadi sebuah hinaan untuk kami, padahal kami tidak pernah dengan bangga dengan sebutan itu, di negeri orang ini kami memiliki organisasi-organisasi untuk penggalangan dana yang kemudian disumbangkan kepada orang –orang miskin dan korban bencana alam yang terjadi di tanah air. Tapi sekarang ketika nyawa TKI dan TKW terancam oleh virus mematikan, banyak kami sudah tidak dianggap sebagai sauadara sebangsa dan setanah air, justru beberapa pihak memanfaatkan moment ini untuk mendapatkan keuntungan untuk diri mereka sendiri bahakn samapai ada yang menjual masker denga harga uang tidak masuk akal. Saya tidak meminta teman-temen TKI dan TKW untuk iuran dana membantu mereka, namu setidaknya kami dapat membantu mereka dengan mencarikan masker tanpa harus memark up dari harga normalnya. (sudah kaya Anggaran proyek saja)

Mari kita flashback ke belakang, bukankah kit apernah berpegangan tangan berjalan beriringan, membawa kardus bertulisan “TKI Peduli Indonesia”, disaat tanah air kita tercinta mengalami bencana. Saat ini hidup kami disini, tidak jauh beda denga UJI NYALI. Tahu kan acaradi telivisi UJI NYALI? Meyeramkan bukan, nah disini kamipun demikian kami seperti di takuti oleh Hantu yaitu ditakuti mahluk yang tidak kasat mata yang bernama virus “CORONA”.
Virus CORONA itu sama sperti hantu, kami tidak penah tau dan melihat seperti apa bentuknya, wujudnya bahkan baunyapun kami tidak tau, tapi virus itu nyatanya ada. Kami tidak tau diman ia berada, kaoan akan menyerang kami, “makhluk” super kecil itu bisa masuk melaui lubang hidung, mulut , mata dan lewat kulit kami. Virus ini pertama menyerang tenggorokan lalu menimbulkanbatuk dan flu. Dalam waktu 6 hari virus ini akan menyerang paru-paru, lalu terjadi infeksi di paru-paru kita. Tidak itu saja, ketika korban mengalami demam, paru-paru akan penuhgelembung udara dan air bercampur nanah, yang pada akhirnya korban akan mati karena paru-paru tidak berfungsi.
Intinya “makhluk” yang bernama virus corona akan membunuh mangsanya dari dalam tubuh mereka. Itulah sebabnya kami banyak membutuhkan masker utnuk menutup hidung dan mulut agar tidak terinfeksi virus tersebut. Jika korban samapai meninggal mayatnya tidak boleh disentuh orang lain akrena rentan sekali menular. Ketika menjumapi hal itu, solusinya adalah meng kremasi (bakar) mayat sang korban,lau abunya akan di tanam atau di simpan di tempat yang aman, agar tidak menular kepada orang lain….mengerikan bukan……

Seandainya kami disini sapai sakit dan meninggal karena virus corona, sudah pasti jenazah kami tidak akan berpulang ke indonesia tanah kelahiran kami. Bahkan anak-anak kami, oragtua kami, keluarga kami tidak akan pernah dapat melihat utnuk terakhir kalinya, lebih mengerikan tak tau dimana kami di kuburkan, astaghfirullahhaladziim……semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT. Dan selalu dalamkeadaan sehat walafiat..aamiin.
Kami disini berjuang, bekerja demi masa depan yang lebih baik, kami meninggalkamn semua di tanah air, kami harus merindukan hal yang kami cintai dalam waktu yang lama, dan juga tentunya kami disini bukan sedang berjalan-jalan atau tamasya.
Mari saudaraku… marilah kita saling membantu, bergandengan tangan, kita harus sadari bahwa kita semuanya saling membutuhkan. (PB195)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top
Open chat
Sala APERNAS
Bersama Membangun Bangsa